Artikel Terbaru ke-1.879
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sampai bulan Mei 2024, tentara Zionis Israel sudah membantai lebih dari 35 ribu warga Palestina. Sebagian besarnya anak-anak dan perempuan. Kekejaman Israel itu sudah melampuai batas-batas perikemanusiaan, sehingga aksi-aksi anti Israel kini merebak ke seluruh penjuru dunia. Bahkan, aksi-aksi demontrasi berlangsung masif di negara-negara Barat, termasuk di Amerika Serikat.
Ingatlah, warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat kini mencapai lima juta orang. Sementara yang hidup di pengungsian juga lebih dari lima juta orang. Ambisi Isreal untuk terus membunuhi warga Palestina justru semakin menumbuhkan simpati jutaan masyarakat di Amerika dan Eropa.
Berbagai aksi demo menentang dan mengecam zionisme terus merebak di kampus-kampus terkenal. Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina pun semakin menguat. Seruan “free free Palestine” terus bergema di seluruh penjuru dunia. Hampir seluruh anggota Dewan Keamanan PBB mendukung pengakuan atas status keanggotaan penuh Palestina di PBB. Hanya Amerika Serikat yang tegas menolak resolusi itu. Akibatnya, Amerika Serikat harus berhadapan dengan rakyatnya sendiri.
Isreal mestinya belajar dari tokoh misionaris Peter the Venerable. Sejak Perang Salib berlangsung mulai tahun 1095, ada sebagian tokoh Kristen yang menilai Perang Salib merupakan cara yang tidak tepat untuk menaklukkan kaum Muslim. Salah satu tokoh itu adalah Peter The Venerable atau Petrus Venerabilis (1094-1156M).
Peter adalah tokoh misionaris Kristen pertama di dunia Islam, yang merancang bagaimana menaklukkan umat Islam dengan pemikiran, bukan dengan senjata. Ketika itu, ia seorang kepala Biara Cluny, Perancis -- sebuah biara yang sangat berpengaruh di Eropa Abad Pertengahan.
Sekitar tahun 1141-1142, Peter mengunjungi Toledo, Spanyol. Di situ ia menghimpun sejumlah cendekiawan untuk menerjemahkan karya-karya kaum Muslim ke dalam bahasa Latin. Terjemahan itu akan digunakan sebagai bahan untuk misionaris Kristen terhadap dunia Islam. Salah satu sukses usaha Peter adalah terjemahan al-Quran dalam bahasa Latin oleh Robert of Ketton (selesai tahun 1143), yang diberi judul Liber Legis Saracenorum quem Alcorant Vocanti (Kitab Hukum Islam yang disebut al-Quran).
Inilah terjemahan pertama al-Quran dalam bahasa Latin, yang selama beratus-ratus tahun menjadi rujukan kaum Kristen di Eropa dalam melihat Islam. Barulah pada tahun 1698, Ludovico Maracci, melakukan kritik terhadap terjemahan Robert of Ketton dan menerjemahkan al-Quran sekali lagi ke dalam bahasa Latin dengan judul Alcorani Textus Receptusi.
Menurut Peter Venerabilis, pengkajian Islam (Islamic Studies) perlu dilakukan oleh kaum Kristen, agar mereka dapat membaptis pemikiran kaum Muslimin. Jadi, kaum Muslim bukan saja perlu dikalahkan dengan ekspedisi militer, melainkan juga harus dikalahkan dalam pemikiran mereka.
Lanjut baca,