DATUAK PALIMO KAYO: SATU LAGI ULAMA MINANG YANG BANYAK DILUPAKAN

DATUAK PALIMO KAYO: SATU LAGI ULAMA MINANG YANG BANYAK DILUPAKAN

Artikel Terbaru ke-1.999

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pada 22 September 2024, saya diminta memberi paparan singkat dalam sebuah seminar bertajuk: “Kiprah Buya Haji Mansur Daud Datuak Palimo Kayo: Ulama Adat dan Tokoh Adat, Perintis Kemerdekaan Indonesia.”  Tentu saja, itu kesempatan yang sangat berharga untuk menyampaikan pesan dakwah dan pendidikan kepada masyarakat Sumatera Barat.

            Pada kesempatan itu, seorang aktivis organisasi mahasiswa Islam di Padang menyatakan, bahwa sebelum adanya seminar nasional itu, ia dan beberapa temannya tidak mengenal nama dan kiprah Datuak Palimo Kayo. Karena itu, ia mengusulkan agar nama sang ulama lebih disosialisasikan lagi oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat.

            Usul yang sama banyak disampaikan oleh sejumlah pembicara dan penanya. Tentu saja itu hal yang sangat baik. Sebab, sang tokoh, Datuak Palimo Kayo memang seorang ulama dan pejuang sejati. Beliau juga putra seorang ulama besar di Sumatera Barat.

            Dari situs resmi MUI Sumatera Barat (mui.or.id), kita bisa mengenal sekilas sosok ulama ini lebih dekat. Ia lahir pada 17 Shafar 1321 Hijriyah, bertepatan dengan 10 Maret 1905. Nama lengkapnya Mansur Daud Datuak Palimo Kayo. Buya Datuk -- panggilan akrabnya -- menjalani pengalaman keulamaannya dalam berbagai belahan dunia dan medan perjuangan dakwah. Diawali dengan belajar dunia pesantren di ranah Minang, ia kemudian menambah ilmu dengan melanglang buana ke banyak negeri hingga ke negeri Irak. 

            Di usia muda, ia aktif dalam kegiatan organisasi keislaman dan organisasi politik. Selama masa revolusi kemerdekaan ia terlibat dalam bentrok fisik melawan kaum penjajah dan bahkan sempat dipenjara. Di era kemerdekaan ia pernah menjadi duta besar RI di Irak. Setelah itu, tahun 1968, oleh para ulama di Sumatera Barat, ia diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Sumatera Barat. Padahal, MUI Nasional baru berdiri tahun 1975, dengan ketua pertamanya, Buya Hamka.

            Datuak Palimo Kayo adalah sahabat dekat Mohammad Natsir. Umurnya pun hanya lebih tua 3 tahun dari Pak Natsir. Sebagaimana Pak Natsir, Datuak Palimo Kayo adalah ulama pejuang.  Pada usia 25 tahun, Datuak Palimo Kayo dipercaya menjadi Sekjen Persatuan Muslim Indonesia (PMI).  Pada tahun 1931, PMI berubah menjadi partai politik dengan singkatan resmi Permi.  Buya Datuk masih dipercaya sebagai sekjen partai tersebut.

Maka mulailah aktivitas perpolitikannya dari organisasi yang dilahirkan perguruan Islam ini. Datuak Palimo Kayo secara terbuka menentang penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan, sehingga harus masuk penjara di masa kolonial. Jadi, Datuak Palimo Kayo benar-benar ulama pejuang yang telah menorehkan goresan tinta emas dalam lintasan sejarah perjuangan umat Islam Indonesia.

Tapi, sayangnya, gagasan-gagasan dan jasa-jasanya yang sangat besar bagi umat dan bangsa Indonesia banyak dilupakan oleh bangsanya. Bahkan, mungkin oleh banyak warga masyarakatnya sendiri. Seperti banyak tokoh dan ulama lainnya, Datuak Palimo Kayo dianggap sebagai bagian dari cerita masa lalu yang tidak perlu dan tidak bisa lagi dihasilkan oleh masyarakat kita.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/datuak-palimo-kayo:-satu-lagi-ulama-minang-yang-banyak-dilupakan

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait