Artikel ke-1.850
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Para khatib, ustadz, atau mubaligh, saat ini sering mengajak umat Islam untuk mendoakan para pejuang (mujahidin) di Gaza atau Palestina. Kadang kala, ditambah juga dengan doa untuk para pejuang di mana saja dan kapan saja (fi kulli makanin wa-zamanin).
Tetapi, mungkin jarang sekali kita mendengar ada yang secara mengajak kita mendoakan para pejuang (mujahidin) di Indonesia. Padahal, berjihad di Indonesia juga sangat berat. Tak kalah beratnya dengan berjihad di Gaza. Rasulullah saw memerintahkan kita berjihad melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan. (bi-amwalikum, wa-anfusikum, wa-alsinatikum).
Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya, Zadul Ma’ad (III:9) menyebutkan empat tingkatan jihad (maratibul jihad), yaitu jihad menghadapi hawa nafsu, jihad melawan syetan, jihad terhadap kaum kufar, jihad terhadap kaum munafik (jihadun nafs, jihadusy-syaithan, jihadul-kuffar, jihadul munafiqin).
Jihad melawan hawa nafsu, melawan syaithan, juga menghadapi kaum kuffar dan munafik, bukanlah hal remeh. Dalam QS al-An’am ayat 112 disebutkan, bahwa setan-setan jenis manusia dan setan-setan jenis jin terus-menerus berusaha menyesatkan manusia dengan menggunakan kata-kata indah, tapi tujuannya untuk menipu. Tujuan setan adalah menyesatkan seluruh manusia. Dan mereka sangat serius serta tak pernah berhenti untuk menyesatkan manusia.
Jihad mengahadapi upaya pemurtadan atau perusakan pemikiran, iman, dan akhlak kaum muslim merupakan upaya yang sangat mulis. Sebab, hal yang paling berharga dalam kehidupan orang muslim adalah iman. Jika iman rusak, maka semua amal tiada nilainya, alias sia-sia, laksana fatamorgana atau debu yang beterbangan.
Berjihad melawan musuh yang menyerang ke negeri-negeri muslim secara fisik – seperti di Palestina – merupakan aktivitas yang sangat mulia. Yang gugur dalam perjuangan itu dinilai sebagai syuhada. Para ulama kita senantiasa berusaha untuk mengobarkan semangat jihad melawan musuh yang secara nyata menjajah negeri-negeri muslim.
Akan tetapi, kita juga tidak boleh memandang rendah upaya jihad untuk melawan setan-setan yang berusaha menyesatkan dan merusak iman umat Islam. Sebab, dalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 191 dijelaskan bahwa "fitnah" adalah lebih jahat dari pembunuhan (wal fitnatu asyaddu minal qatli). Sebagian mufassir mengartikan "fitnah" dalam ayat itu sebagai "syirik" dan menghalangi berlakunya agama Allah. Artinya, tindakan "syirik" dan "menghalangi berlakunya ajaran Islam" dinilai lebih kejam daripada pembunuhan.
Ibnu Jarir At Thabary, dalam tafsirnya “Jaamiul Bayaan 'an Ta'wiili Aayil Quraani” menyebutkan, "asy syirku billahi asyaddu minal qatli", syirik kepada Allah itu lebih jahat daripada pembunuhan. At- Thabary cenderung mangartikan "fitnah" dalam Surat Al Baqarah ayat 191 itu sebagai bentuk paksaan dan penganiayaan terhadap seorang Muslim, dengan tujuan agar si Muslim itu keluar dari Islam dan kembali kepada kekufuran.
Arti "fitnah" di situ lebih berdimensi ibtila' (penganiayaan fisik). Dengan arti, jika seorang Muslim difitnah, diteror, dan dianiaya untuk dipalingkan dari agamanya dan dikembalikan kepada kekufuran -- dengan cara-cara kekerasan fisik -- maka hal itu lebih berat dosanya (lebih jahat) ketimbang pembunuhan.
Lanjut baca,
DOAKAN TERUS PEJUANG DI GAZA DAN JUGA PEJUANG DI INDONESIA (adianhusaini.id)