HUBUNGAN ILMU HEWAN DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

HUBUNGAN ILMU HEWAN DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

Artikel Terbaru (ke-1.581)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki qalb, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.(QS al-A’raf: 179).

                                                                        *****

            Tahun 1985, berdasarkan hasil istikharah dan musyawarah, saya memutuskan untuk memilih kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanan Bogor (FKH-IPB). Sejak SMA, saya senang belajar Biologi. Ditambah lagi dengan aktivitas keislaman yang sangat menarik di FKH IPB.

            Maka, saya langsung bergabung dengan kegiatan Senat Mahasiswa. Di tahun kedua, saya terpilih sebagai anggota Badan Perwakilan Mahasiswa FKH-IPB. Di unit Kerohanian Islam Senat Mahasiswa FKH-IPB, saya diamanahi mengelola buletin Kerohanian Islam bernama Bulletin An-Nahl, yang harus terbit setiap Hari Jumat.

Aktivitas menulis bulletin ini kemudian turut mengasah kemampuan saya di bidang tulis menulis. Tahun 1990, saya mulai terjun sebagai wartawan Harian Berita Buana, lalu tahun 1993 berlanjut ke Harian Republika.

            Sejumlah mata kuliah di FKH-IPB menarik perhatian saya, karena terkait dengan fenomena alam sebagai ayat-ayat Allah (ayat kauniyah), seperti mata kuliah: Bakteriologi, Virologi, Entomologi, Farmakologi, Anatomi, Histologi, Patologi Klinik, dan sebagainya.

            Lulus sebagai Sarjana Kedokteran Hewan, tahun 1989, saya menjadi guru Biologi di sebuah Pesantren di Cibinong, Bogor. Gajinya lumayan: Rp 50 ribu sebulan. Saya mengajar “Biologi Iman”. Saya mencoba mengaitkan antara ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah. Salah satu buku favorit saya ketika itu adalah Bibel, Quran, dan Sains Modern, karya Dr. Maurice Bucaille, yang diterjemahkan oleh Prof. HM Rasjidi.

*****

            Tahun 2003, atas anjuran Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, saya melanjutkan kuliah ke International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Saya tidak pernah mendengar nama Kampus ini sebelumnya. Kampus yang didirikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas ini seperti menyatukan seluruh perjalanan keilmuan saya sejak kecil, yang sudah terbiasa mengkaji kitab-kitab seperti Sullamut Taufiq, Arba’in Nawawiyah, Bidayatul Hidayah, dan sebagainya.

            Gagasan Islamisasi Ilmu Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sudah saya baca sejak tahun 1984, melalui bukunya, Islam dan Sekulerisme, yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Pustaka Salman Bandung. Tahun 1987, saya masuk Pesantren Mahasiswa Ulil Albab – UIKA Bogor. Pesantren ini diresmikan oleh Bapak Mohammad Natsir. Waktu itu, saya mahasiswa tingkat akhir di FKH-IPB.

Bahkan, tahun 1983, UIKA Bogor sudah mendeklarasikan program “ISK” (Islamisasi Sains dan Kampus).  Ketika itu, rektor UIKA adalah Prof. Dr. Ir. AM Saefuddin.  Jadi, gagasan Islamisasi Ilmu sudah cukup akrab dan menarik perhatian. Karena itulah, ketika saya mengajar mata pelajaran Biologi, saya berusaha menerapkan konsep Islamisasi Ilmu, dalam bidang Biologi. Misalnya, dengan melakukan proses De-westernisasi terhadap bagian pelajaran tentang asal-usul manusia Indonesia yang dikatakan berasal dari hominid (bangsa kera).

Lanjut baca,

HUBUNGAN ILMU HEWAN DENGAN PENDIDIKAN ISLAM (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait