KISAH BUNUH DIRINYA PROF. EHRENFEST

KISAH BUNUH DIRINYA PROF. EHRENFEST

Oleh: Dr. Adian  Husaini (www.adianhusaini.id)

            Pada tahun 1937, Mohammad Natsir menulis sebuah artikel berjudul “Tauhid Sebagai Dasar Didikan”, di Majalah Pedoman Masyarakat. Dalam artikelnya, Pak Natsir berkisah tentang seorang Profesor Ilmu Fisika di Belanda yang mengakhiri hidupnya secara tragis, dengan cara bunuh diri. Sebelum itu, ia bunuh dulu anak semata wayangnya.

            Di kalangan koleganya, Prof. Ehrenfest dikenal sebagai orang baik. Ia seorang yang penyayang kepada orang lain. Tapi, mengapa ia harus mengakhiri hidupnya begitu tragis: membunuh anaknya sendiri, lalu membunuh dirinya sendiri.

            Rahasia kematiannya diungkap oleh sahabat dekatnya, Prof. Kohnstamm. Rupanya, Ehrenfest menitipkan sepucuk surat yang mengisahkan latar belakang perbuatannya itu. Bahwa, ia melakukan tindakan keji itu karena kehilangan tujuan hidup. Selama ini, hidupnya hanya berkutat pada masalah ilmu dan ilmu pengetahuan (wetenschap). Semakin ia dalami ilmunya, ia tak menemukan sesuatu yang membahagiakan jiwanya.

            “Ruhaninya dahaga kepada suatu tempat berpegang yang teguh, satu barang yang absolut, yang mutlak. Tempat menyangkutkan sauh bila ditimpa gelombang kehidupan, tempat bernaung yang teduh, bila datang pancaroba ruhani. Semua itu tak  mungkin diperdapatnya dengan semata-mata berpuluhan dalil, ratusan aksioma dan hipotese yang diperolehnya dengan wetenschap (ilmu pengetahuan) itu,” tulis Moh. Natsir.

             Dalam suratnya kepada Prof. Kohnstamm, ia menulis: “Mir fehlt das Gott vertrauen. Religion its notig. Aber wem sie nicht moglict ist, der kann eben zugrunde gehen.” (Yang tak ada pada saya ialah kepercayaan kepada Tuhan. Agama adalah perlu. Tetapi barangsiapa yang tidak memiliki agama, ia mungkin binasa lantaran itu).

            “Ruhnya berkehendak penyembahan kepada Tuhan, akan tetapi tidak diperdapatnya. Ia ingin dan rindu hendak mempunyai agama akan tetapi tidak diperolehnya jalan! Ini menjadi satu azab yang tak terderita olehnya,” tulis Moh. Natsir.

            Bahkan, yang amat mengharukan hati sahabat-sahabatnya, Prof. Ehrenfest menulis semacam doa terakhirnya: “Moge Gott denen beistehen, die ich jetzt so heftig verletze”… “Mudah-mudahan Tuhan akan menolong kamu yang amat aku lukai sekarang ini.”

           Lanjut Baca, 

http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/kisah-bunuh-dirinya-prof.-ehrenfest

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar