MASALAH KITA SERIUS, KARENA SALAH RUMUSKAN MASALAH

MASALAH KITA SERIUS, KARENA SALAH RUMUSKAN MASALAH

Artikel Terbaru ke-2.257

Oleh; Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Setiap penulisan karya ilmiah – skripsi, tesis atau disertasi – biasanya diawali dengan perumusan latar belakang masalah. Karya ilmiah dimaksudkan untuk memahami masalah dan menyelesaikan masalahnya. Maka, mahasiswa wajib membuat rumusan masalah dan di akhir karya ilmiahnya, ia harus menjawab rumusan masalah tersebut dalam bentuk kesimpulan penelitian.

            Karena itulah, jika rumusan masalahnya salah atau tidak tepat, maka solusi yang diberikan dalam kesimpulan pun akan salah pula. Rumusan masalah itu tidak boleh berupa asumsi atau dugaan. Ia harus dirumuskan berdasarkan fakta atau data lapangan. Boleh juga merujuk kepada hasil riset ilmiah sebelumnya, atau teori yang dihasilkan dari penelitian ilmiah yang benar.

            Saat ini, di media sosial beredar begitu banyak rumusan permasalahan umat dan bangsa. Biasanya, masalah itu kurang dipahami secara komprehensif. Kadang kala dipahami dari judul dan isi berita di media online atau bahkan media sosial tertentu. Yang lebih parah, ia memahami masalah dari judul-judul berita yang disajikan secara ceroboh.

            Sebagai contoh, cukup sering kita mendengar, bahwa umat Islam di dunia ini lemah dan kalah dimana-mana setelah runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani. Dan Turki Utsmani runtuh karena dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Pernyataan itu perlu diuji secara kritis dan ilmiah.

            Kemudian dikatakan, bahwa sebagai solusinya, untuk membangkitkan umat dan mengembalikan kejayaan Islam, maka khilafah itu harus dikembalikan atau didirikan kembali.  Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya salah. Tapi, ini rawan salah paham dan disalahpahami. Sebab, kurang menampilkan fakta sejarah secara komprehensif.

            Sebelum runtuhnya Turki Utsmani, banyak negeri muslim sudah dijajah. Bahkan ada yang mengalami kehancuran.  Andalusia runtuh total pada tahun 1492, ketika Kekhalifahan Turki Utsmani masih eksis. Penjajah mulai memasuki Malaka tahun 1511 dan mendatangi Banten pada tahun 1596. Sampai tahun 1945, Indonesia masih dalam posisi terjajah.

            Keruntuhan Turki Utsmani terjadi karena faktor internal dan eksternal. Meskipun menerapkan syariat Islam secara “kaffah”, Turki Utsmani runtuh. Kondisinya mirip dengan kekhalifahan Abbasiyah menjelang jatuhnya kota Jerusalem pada tahun 1099. Dalam bukunya, “Model Kebangkitan Umat Islam” (Depok: Mahdara Publishing, 2019), Dr. Majid Irsan al-Kilani, melakukan riset yang tajam tentang sebab-sebab kalahnya umat Islam.

Kondisi khilafah ketika itu sangat memprihatinkan. Sang Khalifah tidak peduli dengan pembantaian yang menimpa umat Islam. Ia lebih peduli dengan burung merpati kesayangannya ketimbang kondisi rakyatnya. Para pejabat khilafah sibuk mengumbar hawa nafsu dengan mendatangkan banyak selebritis.

            Setelah dicermati, ditemukanlah akar penyebabnya. Bahwa, umat lemah dan kalah karena tiga hal: penyakit cinta dunia, meninggalkan dakwah, dan berpecah belah. Akar masalah semua ini adalah rusaknya ilmu dan pendidikan. Banyak orang belajar agama, tetapi dengan tujuan-tujuan duniawi semata.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/masalah-kita-serius,-karena-salah-rumuskan-masalah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait