MENGENALKAN WORLDVIEW ISLAM DALAM KHUTBAH IDUL FITHRI

MENGENALKAN WORLDVIEW ISLAM DALAM KHUTBAH IDUL FITHRI

Artikel ke-1.858

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Pada 1 Syawal 1445 Hijriah, saya mendapat jadwal khutbah Idul Fithri di Grand Depok City (GDC), Kota Depok. Pelaksananya adalah Forum Silaturrahim Masjid se-GDC yang jumlahnya mencapai 14 masjid.  Seperti biasa, shalat Id dilakukan di Jalan Boulevard Raya, yaitu jalan utama Komplek GDC. Ribuan jamaah memenuhi arena shalat.

            Alhamdulillah, pagi itu cuaca sangat cerah. Matahari bersinar terang. Panitia tidak membatasi durasi Khutbah Idul Fithri. ”Tolong dilihat saja Ustadz, kalau jamaah sudah gelisah dan banyak yang mulai beranjak pergi, itulah saatnya dihentikan,” begitu pesan ketua panitia.

            Seperti tahun-tahun sebelumnya, teks khutbah sudah saya serahkan ke panitia sehari sebelumnya. Tapi, saya biasa khutbah tidak membaca teks. Saya hanya menulis beberapa poin yang perlu disampaikan kepada jamaah yang sekilas tampak sangat beragam kondisinya.

Tema umumnya adalah bagaimana mempertahankan worldview Islam pasca Ramadhan, agar buah pendidikan Ramadhan tidak tergerus kembali. Kita sudah meraih kemenangan. InsyaAllah, derajat taqwa kita meningkat. Visi keakhiratan kita semakin menguat. Kita memandang dunia ini bukan akhir perjalanan hidup kita. Tapi, dunia ini hanya jembatan menuju kampung kehidupan abadi, yaitu kampung akhirat.

Worldview Islam memiliki perbedaan mendasar dengan worldview sekuler yang mengabaikan visi akhirat. Dunia dipandang sebagai tujuan akhir. Semboyan orang sekuler adalah ”carpe diem”! Nikmatilah hari ini! Hidup adalah untuk mengejar syahwat satu ke syahwat lainnya.

Karena itulah kenikmatan tertinggi yang mereka kejar adalah kenikmatan (syahwat) inderawi. Hiburan kehidupan mereka adalah seputar syahwat kekuasaan, harta, seksual, makanan, musik, dan pemandangan indah. Semua itu dieksploitasi dengan segala daya upaya sehingga tampak indah dan menggiurkan.

Nah, selama Ramadhan, kita dididik untuk memiliki cara pandang yang berbeda dengan kaum sekuler. Cara pandang dan perbuatan kita telah berubah, karena worldview kita memasukkan dimensi ukhrawi dan meta-fisika dalam melihat realitas.

Jika puasa kita berhasil, maka kita memiliki worldview yang menempatkan taqwa sebagai aspek terpenting dalam menilai kemuliaan seseorang. ”Yang paling mulia diantara kamu adalah yang bertaqwa!” Begitu yang Allah tegaskan dalam al-Quran.

Kepada ribuan jamaah shalat Idul Fithri yang sedang menikmati nyamannya terik matahari pagi, saya ingatkan lagi, bahwa manusia yang paling mulia adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah. Orang dikatakan sukses jika menjadi orang taqwa. Sekaya apa pun dia, setinggi apa pun jabatannya, jika ia tidak beriman dan durhaka kepada Tuhannya, maka ia sejatinya manusia hina.

Begitu juga dalam memahami lembaga pendidikan. Jangan sampai memuji-muji dan berbangga ria dengan sekolah atau universitas yang tidak mendidik mahasiswanya menjadi manusia yang bertaqwa. Sebab, al-Quran sudah menggariskan, bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. Negara yang paling maju dan paling sukses adalah negara yang penduduknya beriman dan bertaqwa (QS al-A’raf: 96).

lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mengenalkan-worldview-islam-dalam-khutbah-idul-fithri

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait