Peringatan hari ulang tahun ke-60 Dr. Adian Husaini, seorang tokoh intelektual dan cendekiawan Muslim terkemuka, terasa istimewa tahun ini. Bertempat di Desa Kuncen, Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, ia merayakan momen bersejarah tersebut dengan berbincang hangat bersama ibunda tercinta.
adianhusaini.id, Bojonegoro, 17 Desember 2025 – Dalam suasana penuh keakraban, Dr. Adian Husaini menggali kembali kenangan masa lalu, mulai dari kisah kelahirannya, sejarah pernikahan orang tuanya, hingga detail-detail unik tentang anak, cucu, dan bahkan cicit sang ibunda. Obrolan ini memberikan gambaran mendalam tentang latar belakang keluarga yang membentuk sosok Adian Husaini saat ini.
Kisah Cinta dan Pernikahan di Desa Kuncen
Perbincangan dimulai dengan mengungkapkan usia sang ibunda, yang pada tahun 2025 ini telah mencapai 77 tahun. Dr. Adian Husaini sendiri lahir pada 17 Desember 1965, tepat pada momen ABRI Masuk Desa.
Sang ibu menuturkan bahwa ia menikah pada usia sangat muda, yakni 16 tahun, dan melahirkan anak pertamanya, Adian Husaini, ketika ia berumur 17 tahun. Pernikahan ibunda dan ayahanda Dr. Adian, Bapak Haji Dahli, terjadi pada tahun 1964, tepatnya tanggal 6 bulan 6.
Bapak Haji Dahli, yang berasal dari Madiun, adalah seorang Guru SD yang sudah bertugas di Kuncen, Bojonegoro, sejak tahun 1958.
Kelahiran di Tengah G30S/PKI dan Memori Bidan
Momen kelahiran Dr. Adian Husaini pada 17 Desember 1965 terjadi dalam suasana yang tegang, pasca-peristiwa G30S/PKI. Ibunda mengenang bahwa kelahirannya berjalan "gampang" dan terjadi di rumah seorang bidan di Padangan, berjarak sekitar satu kilometer dari rumah mereka, tepat di depan Polsek Padangan, Bojonegoro.
Bidan yang membantu kelahirannya adalah Bu Darmo. Selain bidan, ada juga seorang 'dukun bayi' atau 'dukun jawa' yang memandikannya, bernama Mbah Rah, yang tinggal sekitar 2 kilometer jauhnya.
Keluarga Besar dan Keistimewaan Ingatan Ibunda
Salah satu bagian paling menarik dari perbincangan ini adalah keahlian sang ibunda dalam mengingat hari dan tanggal lahir seluruh anak, cucu, hingga cicitnya. Meskipun sehari-hari dikenal sebagai pedagang pasar dengan kemampuan matematika yang luar biasa, ingatan beliau terhadap weton dan tanggal kelahiran keluarga sungguh mengagumkan.
Sang ibunda memiliki empat orang anak. Berikut adalah rincian tanggal lahir mereka yang diucapkan lancar oleh sang ibu:
- Anak ke-1 (Dr. Adian Husaini): 17 Desember 1965, Jumat Pon, jam 12 malam.
- Anak ke-2 (Nuim): 20 Juli 1969, Minggu Wage, jam 10 malam.
- Anak ke-3 (Murin): 20 Januari 1972, Kamis Pon.
- Anak ke-4 (Mamang/Adik Bungsu): 3 Maret 1979, Minggu Pon.
Ibunda juga dengan mudah menyebutkan tanggal lahir dari tujuh cucu Dr. Adian Husaini (anak dari Dr. Adian sendiri):
|
Nama Cucu |
Tanggal Lahir |
Tahun Lahir |
Weton (Hari Pasaran) |
|
Samil Fiki |
9 Juli |
1995 |
Minggu Wage |
|
Bana |
11 Maret (Super Semar) |
1997 |
Selasa Kliwon |
|
Dina |
2 Januari |
1999 |
Sabtu Pahing |
|
Fatihah |
24 (Bulan tidak disebutkan) |
2000 |
Kamis Wage |
|
Imat |
(Tanggal tidak disebutkan) |
2002 |
Senin Pon |
|
Alima |
(Tanggal tidak disebutkan) |
2005 |
Rebo Kliwon |
|
Asad |
(Tanggal tidak disebutkan) |
2013 |
Sabtu Wage |
Bahkan, sang ibunda masih mengingat hari lahir cicitnya yang baru lahir pada 2 September 2024, yaitu pada hari Selasa Pon.
Latar Belakang Pendidikan dan Nilai-Nilai Keluarga
Pendidikan agama menjadi nilai utama yang dipegang teguh oleh keluarga. Kakek Dr. Adian Husaini (Mbah Sin) memiliki prinsip bahwa menantunya haruslah orang yang bisa mengaji.
Ibunda Dr. Adian Husaini mengenyam pendidikan agama yang cukup lama, yakni 6 tahun Sekolah Arab sebelum akhirnya mondok (nyantri). Hal ini menunjukkan akar pendidikan Islam yang kuat dalam keluarga tersebut.
Ayahanda Dr. Adian Husaini, Bapak Haji Dahli, dikenal sebagai sosok yang berbudaya ilmu tinggi dan senang membaca. Beliau adalah seorang guru SD yang jabatan terakhirnya adalah Penilik TKSD Kecamatan. Ayahanda juga merupakan langganan majalah di kampung, seperti majalah Panti Masyarakat Muslimun dan Hidayatullah. Ayahanda meninggal dunia pada 17 Januari 2004 ketika Dr. Adian berada di Malaysia.
Penutup Penuh Doa
Di akhir perbincangan, Dr. Adian Husaini mengungkapkan rasa syukurnya bahwa ibundanya, meskipun pernah mengalami stroke, kini sudah mulai membaik dan sedang menjalani latihan berjalan. Sang ibunda juga menceritakan bahwa beliau dan suaminya telah menunaikan ibadah haji pada tahun 1981.
Perbincangan ditutup dengan doa bersama. Dr. Adian Husaini memohon doa kepada semua pihak agar ibundanya diberikan panjang umur, kesehatan, dan diakhiri dengan husnul khatimah.




