Artikel ke-1.389
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tidak diragukan, bahwa pendirian negara Yahudi Israel merupakan gerakan penjajahan atas tanah Palestina. Gerakan yang semula ditolak oleh mayoritas Yahudi sendiri akhirnya berhasil mendirikan negara Israel pada 14 Mei 1948. Negara Israel terus menjadi duri dalam daging bagi perdamaian internasional.
Bahkan, tokoh Yahudi Dr. Isreal Shahak, dalam bukunya, Jewish History, Jewish Religion (London: Pluto Press, 1994), mencatat, bahwa negara Israel sejatinya merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Katanya, “In my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and states in the Middle East and beyond.”
Data dan fakta kejahatan negara Yahudi Israel sekarang semakin banyak terungkap. Dunia semakin banyak yang tahu berbagai tindak kejahatan dan pelanggaran HAM yang dilakukan Isreal terhadap warga Palestina. Saat perhelatan Piala Dunia Sepak Bola di Qatar, gelombang suara dukungan terhadap Palestina membahana ke seluruh dunia. Isreal tetap dipandang sebagai negara penjajah.
Jika dilakukan pemungutan suara di dunia internasional di Majelis Umum PBB, mayoritas negara di dunia mendukung kemerdekaan Palestina. Tetapi, karena dilindungi oleh sejumlah negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, maka Isreal masih terlindungi untuk sementara waktu.
Melamahnya posisi Israel di dunia internasional itu terkait dengan melemahnya tiga senjata utama yang digunakan oleh tokoh zionis, Theodore Herzl. Menurut Shlomo Avineri, dalam bukunya The Making of Modern Zionism (1981), keberhasilan Theodore Herzl dalam memimpin gerakan zionis karena ia menguasai tiga senjata terpenting abad ke-20, yaitu media massa, lobi, dan public relation.
Theodore Herzl selalu berhubungan dengan orang-orang yang berada di puncak kekuasaan atau berpengaruh di masyarakat. Dalam rangka merebut pengaruh, Herzl melakukan audiensi dengan Paus di Roma, Kaisar Wilhelm di Jerman, dengan Ratu Victoria di Inggris, atau dengan Sultan Turki di Istambul.
Ia juga memobilisasi dana hari Moses Hess atau Baron de Rotschild di London. Selain itu, setiap cabang gerakan Zionis di berbagai penjuru dunia selalu ia anjurkan agar menerbitkan koran atau majalah untuk menyuarakan gerakan mereka.
Herzl berhasil mengantarkan Zionisme menjadi ideologi yang semula kurang diterima di kalangan masyarakat Yahudi dan juga mesyarakat internasional, menjadi satu kekuatan yang mampu merebut Palestina dari tangan Arab. (Dikutip dari tulisan Joko Susilo MA yang berjudul Keberhasilan Zionisme, sebagai pengantar dalam buku Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme, karya Jacob Katz).
Lobi Herzl kepada pemimpin Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid memang gagal. Tetapi, akhirnya Sultan Abdul Hamid berhasil ditumbangkan. Selanjutnya, negara Israel bisa berdiri di Tanah Palestina dengan cara teror, didukung oleh sejumlah negara pemenang Perang Dunia II.
Para penulis Yahudi menyebut Herzl adalah seorang Zionis sekular. Tapi, ia berhasil menformulasikan suatu ideologi modern, Zionisme Politik, dan meletakkan landasan gerakan Zionis politik dengan menggalang kekuatan Yahudi internasional untuk mewujudkan satu negara Yahudi di Palestina. Karena itu, meskipun Herzl mati di tahun 1904, jauh sebelum negara Israel berdiri, gerakan zionis tetap berjalan.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/inilah-tiga-senjata-utama-pendiri-negara-yahudi



