JAGALAH BAHASA KITA, AGAR IMAN TIDAK RUSAK, DAN NKRI TIDAK BUBAR

JAGALAH BAHASA KITA,  AGAR IMAN TIDAK RUSAK,  DAN NKRI TIDAK BUBAR

 

Artikel Terbaru ke-2.266

Oleh: Dr. Adian Husaini

 

Sejak lama Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sudah membuktikan, bahwa bahasa Melayu dan agama Islam adalah faktor penting dalam penyatuan Melayu-Indonesia. Negeri seluas dan seberagam Indonesia – juga alam Melayu – disatukan dengan satu bahasa dan satu agama. Karena itu, logikanya, jika mau merusak NKRI, maka rusaklah bahasanya dan rusak juga agamanya.

Dalam bukunya Historical Facts and Fiction, Prof. Al-Attas menyatakan: “The spread of the new and vibrant Malay language and literature as a vehicle of Islam and knowledge… is one of the most important factors in the creation of nationhood.”

            Peringatan Prof. Naquib al-Attas ini sangat penting untuk kita renungkan.  Disamping faktor agama Islam, penyebaran bahasa Melayu merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembentukan semangat kebangsaan di Indonesia. 

            Jadi, proses Islamisasi di wilayah Indonesia sejalan dengan pembentukan nasionalisme. Karena itu, umat Islam yang mencintai NKRI perlu menjaga bahasa Melayu – yang sekarang menjadi bahasa Indonesia. Jangan sampai bahasa Indonesia dirusak atau disekulerkan. Akibatnya, akan terjadi penyepelean terhadap aspek Ilahi dan aspek ukhrawi.

            Perjuangan para ulama dalam meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bukan hanya atas dasar motivasi ekonomi. Tapi, yang utama adalah atas dasar agama. Karena itulah, istilah yang digunakan dalam melawan penjajah adalah jihad fi-sabilillah atau perang sabil; bukan perang dagang atau perlawanan melawan kaum kapitalis-borjuis.

            Ketika kita berhasil meraih kemerdekaan, istilah yang digunakan adalah “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Kita merdeka bukan karena usaha kita. Tapi, karena rahmat dari Allah. Karena itu, setelah kita merdeka, sepatutnya terus kita gunakan istilah ibadah dan jihad fi-sabilillah dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa kita. Kita berjihad mencari ilmu dan berjihad pula dalam mengamalkan dan menyebarkan ilmu.

            Tujuan kemerdekaan pun jangan disekulerkan. Jangan hanya untuk mengejar keberhasilan ekonomi. Tapi, tujuan kita berbangsa dan bernegara adalah untuk meraih kebahagiaan (sa’adah) dan keselamatan dunia akhirat. Kita ingin mewujudkan: baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur. Itu sejalan dengan doa kita: Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wafil-akhirati hasanah, wa-qinaa adzabannaar!

            Kita mendoakan para pejabat kita yang sedang berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat dan bangsa kita. Akan tetapi, kewajiban kita sebagai umat Islam adalah terus menyampaikan amar makruf nahi munkar. Kebijakan yang baik, perlu kita dukung dan kita doakan kesuksesannya. Kebijakan yang keliru wajib kita koreksi dengan cara sebaik-baiknya.

            Derasnya arus sekularisasi dan dominasi paham materialisme perlu kita waspadai dengan serius. Sekularisasi bahasa menyebabkan rusaknya makna kata-kata penting dalam Islam. Kata “pendidikan” disempitkan maknanya menjadi “sekolah”.  Tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia disempitkan maknanya hanya untuk membentuk manusia yang bisa bekerja.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jagalah-bahasa-kita,--agar-iman-tidak-rusak,--nkri-tidak-bubar

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait