Artikel Terbaru ke-2.265
Oleh: Dr. Adian Husaini
Segala sesuatu yang berlebihan menjadi tidak baik. Itu namanya ekstrim (ghuluw). Nah, pemujaan terhadap Perguruan Tinggi Negeri (PTN), saat ini, sudah dapat dikategorikan berlebihan. Ini merusak pendidikan dan bangsa kita kedepan. Sebab, harapan dan kenyataan tidak bersesuaian.
Tidak dapat dipungkiri, motivasi masuk PTN didominasi oleh harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, setelah lulus. Lihatlah, kini mulai bermunculan banyaknya sarjana lulusan PTN ternama yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Ada seorang sarjana yang mengaku sudah mengirimkan 1000 surat lamaran, tetapi belum ada yang berhasil. Banyak yang kemudian melanjutkan kuliah S2 di kampus terkenal, pun hasilnya tidak berbeda.
Di era disrupsi, PTN masih memiliki nama besar dan reputasi tinggi. Hampir semua SMA berlomba-lomba memasukkan lulusannya ke PTN. Dengan itu, sekolahnya dianggap bermutu tinggi dan diserbu peminat.
Minat tinggi masuk PTN menjadi pasar yang menggiurkan. Sejumlah PTN membuka selebar-lebarnya pintu masuk dengan menyelenggarakan berbagai bentuk tes penerimaan mahasiswa baru (PMB). Pasar yang menggiurkan ini sepertinya sayang untuk dilewatkan.
Dampaknya, banyak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjerit. Mereka susah mencari mahasiswa baru. Bukan hanya jalurnya yang diperbanyak, PTN juga membuka cabang di mana-mana. PTN diperlakukan seperti layaknya suatu industri. Semakin banyak mahasiswa maka PTN dipandang semakin bergengsi.
Kondisi ini sebenarnya sangat membahayakan masa depan bangsa. Sebab, anak-anak terbaik dari SMA dan Pesantren berlomba-lomba masuk PTN. Sementara itu, PTN sendiri memiliki keterbatasan untuk mendidik mereka. “Mendidik” dalam arti sebenarnya. Bukan hanya mengajar dan melatih ketrampilan mahasiswanya.
Para mahasiswa itu adalah manusia; bukan kambing atau monyet. Mereka perlu dididik agar menjadi manusia seutuhnya (al-insan al-kulliy atau universal man). Tidak cukup hanya melatih mereka agar bisa mencari makan. Mereka harus mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa dan bersedia tunduk patuh kepada-Nya. Itulah manusia yang mulia.
Itulah yang diamanahkan oleh Konstitusi kita, agar mahasiswa benar-benar dididik menjadi manusia seutuhnya. Tujuannya agar mereka beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia! Inilah tujuan pendidikan yang utama. Bangsa kita memerlukan manusia-manusia mulia seperti ini.
Jangan sampai mahasiswa tidak memahami hakikat dirinya sendiri, makna dan tujuan hidupnya. Jangan sampai mahasiswa buta dengan tugas dan misi kehidupan yang telah dijelaskan dalam wahyu Tuhan.
Jangan sampai mahasiswa dijejali dengan ilmu-ilmu yang salah yang menjerumuskannya ke dalam pemikiran ateis atau materialis. Kasihan mereka! Mereka bukan sekawanan domba yang digiring ke sana kemari tanpa tahu arah dan situasi. Mereka adalah makhluk yang paling mulia, jika mereka beriman dan bertaqwa.
Lanjut baca,