adanhusaini.id, Jakarta – Menyusul peresmian Sekolah Menengah Atas (SMA) Unggul Garuda, Ketua Program Doktor PAI UIKA Bogor, Dr. Adian Husaini, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal podcast resminya, Dr. Adian juga mengajukan tiga usulan strategis kepada pihak berwenang, menekankan pentingnya filosofi pendidikan yang matang, optimalisasi institusi pendidikan tinggi dalam negeri, dan pemenuhan hak konstitusional pendidikan agama bagi siswa Muslim.
- SMA Bukan Hanya Persiapan Masuk Perguruan Tinggi, Tetapi Pendidikan Kedewasaan
Dalam usulan pertamanya, Dr. Adian Husaini menyambut baik penempatan SMA Unggul Garuda di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, sebuah langkah yang dianggapnya sudah tepat. Alasannya, siswa SMA pada dasarnya adalah anak-anak yang sudah dewasa dan perlu dididik untuk menjadi orang-orang dewasa yang matang, bukan sekadar dipersiapkan untuk masuk perguruan tinggi.
"Mereka harus dididik menjadi orang-orang dewasa, jadi bukan sekadar mereka disiapkan masuk perguruan tinggi," tegas Dr. Adian.
Beliau kemudian menyinggung sejarah sistem pendidikan di Indonesia, khususnya pada masa kolonial Belanda, merujuk pada Algemene Middelbare School (AMS). AMS pada masanya telah melahirkan tokoh-tokoh hebat bangsa seperti Muhammad Natsir, Rosihan Anwar, dan Haji Agus Salim. Kisah sukses ini menjadi penekanan bahwa fungsi utama SMA harusnya lebih dari sekadar persiapan masuk perguruan tinggi, tetapi tempat mendidik kematangan dan karakter.
- Membangun Kampus Lokal yang Lebih Unggul dari Dunia
Usulan kedua Dr. Adian berfokus pada kebijakan pengiriman siswa ke luar negeri. Beliau secara kritis meminta agar pemerintah tidak hanya fokus mengirimkan siswa-siswa terbaik (anak-anak paling pintar dan top) ke perguruan-perguruan tinggi yang dianggap "top di dunia".
Dr. Adian Husaini meyakini bahwa Indonesia memiliki kampus-kampus yang hebat dan mampu, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Sebagian mereka harus dididik di dalam negeri, minimal S1-nya," usulnya.
Beliau menantang kampus-kampus di Indonesia untuk diberikan kesempatan dan dituntut memberikan pendidikan yang terbaik—bahkan lebih baik dari Harvard University, MIT, Stanford, Cambridge, Oxford, dan perguruan tinggi top dunia lainnya. Meskipun tidak menafikan kualitas lembaga pendidikan luar negeri, Dr. Adian menekankan bahwa Indonesia harus mampu membangun kualitas pendidikan yang lebih baik dan unggul di dalam negeri.
- Pemenuhan Hak Konstitusional Pendidikan Integral Bagi Siswa
Usulan terakhir Dr. Adian Husaini menyoroti hak konstitusional siswa Muslim untuk mendapatkan pendidikan yang integral dan komprehensif. Menurutnya, hal ini sesuai dengan amanat Konstitusi, khususnya Pasal 31 Ayat 3 dan Pasal 29 Ayat 2 (Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang) .
Secara spesifik, Dr. Adian menggarisbawahi perlunya pendidikan yang benar sesuai dengan agama masing-masing. Bagi anak-anak Muslim, mereka harus mendapatkan ilmu-ilmu fardhu 'ain (ilmu wajib individu), termasuk didikan adab dan akhlak terbaik. Selain itu, mereka juga harus mendapatkan ilmu fardhu kifayah (ilmu yang diperlukan masyarakat) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Secara keseluruhan, Dr. Adian Husaini berharap ketiga usulan strategis ini dapat dipertimbangkan oleh pihak berwenang agar SMA Unggul Garuda dapat mencetak generasi yang matang, berkarakter, dan berdaya saing global dengan basis keunggulan yang kuat di dalam negeri. Pandangan lengkapnya dapat disimak di kanal podcast adian huseini
( https://www.youtube.com/c/adianhusainitv ).
Link video: https://www.youtube.com/shorts/gGlcKwYqEgI