Tanggal 20 Oktober 2025 menandai satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di tengah riuhnya analisis dari berbagai lembaga survei tentang sukses atau tidaknya kepemimpinan ini, cendekiawan Muslim sekaligus Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII), Dr. Adian Husaini, menawarkan sudut pandang yang fundamental, berlandaskan etika Islam dan sorotan terhadap krisis informasi di era digital.
Adianhusaini.id, Jakarta-- Menurutnya, indikator terpenting dari satu tahun ini bukanlah sekadar angka, melainkan munculnya sebuah harapan bagi bangsa Indonesia.
Dr. Adian Husaini memulai pandangannya dengan menekankan pentingnya adab dalam berbicara dan beropini. Sebagai seorang Muslim, beliau berpegangan teguh pada hadis Rasulullah SAW: Man amana billahi wal yaumil akhir falyaakl khairon aw liyasmut, yang berarti: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam".
Panduan ini menjadi filter utama di tengah hiruk-pikuk berita dan analisis. Beliau mengingatkan agar publik tidak menyampaikan atau menyebarkan opini yang tidak khair (baik), tidak benar, tidak tepat, atau bahkan tidak bijak—termasuk jika informasi tersebut benar namun penyebarannya tidak bijak, apalagi jika itu adalah kesalahan atau fitnah. Kekeliruan dalam menilai atau menuduh seseorang dengan tuduhan "gagal" atau "jahat" tanpa dasar yang kuat akan menjerumuskan pada kezaliman (dzalim), yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Krisis Informasi: Dari 5 Level Saringan ke Era Produsen Tunggal
Dr. Adian Husaini menyoroti kondisi media saat ini yang didominasi oleh media online dan media sosial, yang sering kali menyajikan berita yang "tidak fakta yang sebenarnya". Beliau membandingkannya dengan pengalamannya saat menjadi wartawan harian, seperti di Berita Buana dan Republika, sebelum era media sosial.
Dahulu, sebuah berita harus melewati minimal lima level saringan sebelum sampai ke masyarakat:
- Reporter: Melakukan penyaringan awal (misalnya, hanya memuat 3 menit liputan dari 1 jam, atau 3.000 karakter dari 30.000 karakter fakta).
- Redaktur: Melakukan penyaringan kedua, terkadang mengubah judul atau menaikkan bagian tertentu.
- Redaktur Pelaksana: Pengecekan kembali (saringan ketiga).
- Pemimpin Redaksi (Pimred) dan Editor Bahasa: Saringan keempat, memastikan kualitas dan kepatutan bahasa.
Proses ini menunjukkan bahwa berita yang disajikan kepada masyarakat adalah versi yang sudah terfilter, bukan keseluruhan fakta sebenarnya. Kini, situasinya berbalik. Setiap orang bisa menjadi reporter, redaktur, pemimpin redaksi, dan produsen informasi, menciptakan "kekacauan, informasi yang luar biasa" dan memudahkan reputasi seseorang berubah dalam sekejap. Fenomena ini membutuhkan kehati-hatian yang luar biasa, terutama mengingat maraknya konten hoax dan buatan Artificial Intelligence (AI).
Munculnya 'Harapan' dalam 1 Tahun Pemerintahan Prabowo
Dalam menilai satu tahun masa jabatan Presiden Prabowo, Dr. Adian Husaini secara pribadi berpegang pada prinsip tidak menzalimi. Beliau melihat bahwa pencapaian terpenting adalah negara dalam kondisi aman, selamat, dan yang paling utama, adanya harapan. Harapan ini terasa semakin menguat dan terlihat dari beberapa sektor kunci:
- Pendidikan: Presiden Prabowo dinilai sangat serius dalam bidang pendidikan, terbukti dengan program pembangunan Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, serta upaya peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas guru. Penunjukan Menteri Pendidikan Profesor Abdul Mukti dan Menteri Pendidikan Tinggi Profesor Brian disebut sebagai langkah yang menghadirkan harapan.
- Pemberantasan Korupsi: Adanya harapan juga tercermin dari langkah penegakan hukum, seperti pengembalian uang hasil korupsi sebesar Rp 13 triliun (disebutkan juga Rp 17 triliun) oleh Kejaksaan Agung kepada Menteri Keuangan.
- Diplomasi Internasional: Indonesia kembali "diakui" dan "hadir" di forum internasional, setelah sempat merasa kurang dikenal di PBB selama 10 tahun sebelumnya.
- Kebebasan Berekspresi: Adian Husaini juga mencatat adanya ruang yang diberikan oleh pemerintah, baik untuk ruang pendidikan, kampus, maupun kebebasan untuk menyampaikan aspirasi dan menggelar demonstrasi tanpa intervensi.
Kekuatan Kepemimpinan dan Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar Konseptual
Dr. Adian Husaini menilai bahwa Presiden Prabowo memiliki kekuatan yang signifikan, antara lain karena beliau dianggap "sudah selesai dengan dirinya" (tidak lagi terbebani masalah pribadi/ekonomi), memiliki kecerdasan tinggi, dan pengalaman lapangan yang luar biasa. Penghormatan dari banyak kepala negara terhadap Prabowo menjadi sumber syukur bagi bangsa Indonesia karena memiliki pemimpin yang dihormati.
Menyikapi pemerintahan, sikap seorang Muslim dan warga negara haruslah didasari oleh:
- Bersyukur: Mengakui nikmat yang ada.
- Mengingatkan (Tausiah/Amar Ma'ruf Nahi Munkar): Kewajiban rakyat adalah mengingatkan pemerintah, yang merupakan kewajiban, bukan hak.
Beliau menegaskan bahwa organisasi Islam tetap menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar, namun pelaksanaannya tidak selalu harus bersifat keras, terbuka, atau konfrontatif. Beliau memilih pendekatan konseptual, seperti yang ia lakukan melalui bukunya Indonesia Maju 2045: Konsep dan Peta Jalannya.
Melalui karyanya, Dr. Adian Husaini memberikan kritik yang konstruktif dan masukan, misalnya tentang perlunya konsep pendidikan Ki Hajar Dewantoro yang menekankan akhlak mulia, serta mengkritisi konsep negara maju versi BAPPENAS dengan membandingkannya dengan makna negara maju menurut UUD 1945.
Beliau meyakini bahwa model negara maju dan ideal yang terbaik adalah Negara Nabi di Madinah, yang dicirikan oleh tingginya budaya gotong royong dan literasi, serta pemberantasan total terhadap budaya miras dan korupsi. Ini adalah bentuk amar ma'ruf nahi mungkar yang mendasar yang ia yakini harus disampaikan.
Sebagai penutup, Dr. Adian Husaini kembali menggarisbawahi pentingnya keadilan (adil) dalam menilai dan beropini, sesuai dengan firman Allah (QS. An-Nisa: 58). Dalam konteks satu tahun pemerintahan, ia mengajak seluruh bangsa untuk bersyukur atas ruang harapan yang diberikan dan terus menjalankan kewajiban untuk mengingatkan dengan cara yang adil dan benar, agar terhindar dari kezaliman yang tanggung jawabnya berlanjut hingga akhirat.
Link Video: https://youtu.be/KT9TTOptXPw