Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam sejumlah makalah dan bukunya, pakar pemikiran Islam Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, banyak mengingatkan dampak buruk paham sofisme terhadap keimanan dan akhlak manusia. Sofisme adalah paham anti ilmu, yang tidak mengakui, bahwa manusia bisa meraih kebenaran yang hakiki.
Menurut Prof. Wan Mohd Nor, paham semacam itu secara sepintas tampak logis dan indah. Padahal, jika ditelaah secara mendalam, pendapat ini sangat keliru, bahkan berbahaya. Dengan pendapat itu, maka seolah-olah manusia tidak dapat sampai kepada keyakinan tertentu. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian.
Para cerdik cendekia sudah mendiskusikan masalah ini selama ribuan tahun. Di kalangan ulama Islam, sejak ratusan tahun lalu, sudah ramai diskusi tentang apa yang disebut sebagai sophist atau sufastaiyyah. Golongan ini berpaham skeptik, relativistik, yang sebenarnya adalah golongan anti-ilmu.
Para sarjana Muslim zaman silam, seperti Al-Baghdadi (1037/8 M), Al-Nasafi (1142 M), Al-Taftazani (1387/8 M), dan Nur Al-Din Al-Raniri (1658 M), dan yang kontemporer seperti Naquib al-Attas, telah menjelaskan bahwa i1mu pengetahuan (ilm/knowledge/certainty), sebagai sesuatu yang mungkin dan menolak pendapat para sofis yang menganggapnya sebagai suatu kemustahilan.
Mereka membagi para sofis ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama disebut dengan kelompok al-la adriyyah atau gnostik, karena selalu mengatakan tidak tahu atau selalu ragu-ragu tentang keberadaan sesuatu sehingga menolak kemungkinan seseorang meraih ilmu pengetahuan. Orang yang seperti ini, pada gilirannya juga akan meragukan sikapnya yang serba meragukan keberadaan segala sesuatu.
Kelompok yang kedua ialah kelompok al-indiyyah, yaitu mereka yang selalu bersikap subjektif. Kelompok ini menerima kemungkinan ilmu pengetahuan dan kebenaran, tetapi menolak tujuan ilmu pengetahuan dan kebenaran. Bagi mereka, tujuan ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah subjektif (indi, yaitu ''menurut saya''), bergantung pada pendapat masing-masing.
Kelompok yang ketiga ialah kelompok al-inadiyyah, yaitu mereka yang keras kepala, yang menafikan realitas segala sesuatu dan menganggapnya sebagai fantasi (auham) dan khayalan semata-mata. Kelompok terakhir ini lebih mirip dengan kelompok kedua.
Lanjut baca,