Artikel ke-1.834
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Jurnal pemikiran Islam, Islamia, (Insists-Republika) edisi 19 Juli 2012 menurunkan laporan utama tentang “puasa dan tazkiyyatun nafs” (Puasa dan penyucian jiwa). Dalam artikelnya berjudul “Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad”, Dr. Samsuddin Arif mengutip penjelasan Fakhruddin ar-Razi yang menyatakan, bahwa orang yang ibadah puasa Ramadhan
Merupakan bukti keislaman seseorang. Berpuasa merupakan bukti pengokohan keislaman dan keimanan seorang Muslim.
Selain itu, tulis Dr. Syamsuddin, puasa Ramadhan juga merupakan upaya penyucian jiwa (tazkiyyatun nafs). “Orang yang berpuasa sesungguhnya mensucikan dirinya . Puasa adalah instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa, seperti halnya shalat. Orang yang berpuasa tidak hanya menolak yang haram dan menjauhi yang belum-tentu-halal dan belum-tentu-haram. Jangankan yang syubhat dan yang haram, sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya. Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus: yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Demikian kata Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya (Mafatih al-Ghayb, cetakan Darul Fikr Lebanon 1426/2005, juz 4, jilid 2, hlm. 68).”
Masih mengutip artikel Dr. Syamsuddin Arif, disebutkan juga bahwa Syah Waliyyullah ad-Dihlawi menyatakan, puasa itu ibarat tiryaq (penawar) bagi racun-racun syaitan; atau semacam detoksifikasi spiritual. Dengan puasa, terpukullah naluri kebinatangan (al-bahimiyyah) yang mungkin selama ini menguasai seseorang. Puasa sejati melumpuhkan syaitan dan membuka gerbang malakut (Hujjatullah al-Balighah, cetakan Kairo 1355 H, juz 1, hlm. 48-50). Itulah sebabnya mengapa dalam suatu riwayat disebutkan bahwa mereka yang berhasil menamatkan puasa sebulan Ramadhan disertai iman dan pengharapan bakal dihapus dosa-dosanya sehingga kembali suci fitri bagaikan bayi baru dilahirkan dari rahim ibunya.
Demikian kutipan artikel Dr. Syamsuddin Arif tentang makna dan tujuan puasa Ramadhan yang begitu mulia.
Sebagaimana disebutkan dalam QS al-Baqarah ayat 151 dan QS al-Jumuah ayat 2, bahwa Rasulullah saw ditugaskan untuk menyampaikan ayat-ayat Allah, mensucikan diri manusia, dan mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah. Pensucian jiwa manusia (tazkiyatun nafs) merupakan kunci kebangkitan setiap insan. Jiwa harus dibersihkan dari sifat-sifat tercela, seperti sifat kemunafikan, kesombongan, kedengkian, kemalasan, penakut, lemah, dan sebagainya.
Proses pensucian jiwa bukanlah hal yang mudah, sehingga Rasulullah saw bersabda: “Al-Mujahid man jahada nafsahu fil-Laahi ‘Azza wa-Jalla”. (Mujahid adalah seseorang yang melakukan jihad melawan hawa nafsunya di jalan Allah). (Hadis Shahih, riwayat Imam Tirmidzi).
Jadi, berjihad melawan hawa nafsu merupakan perjuangan yang sangat berat. Karena itu, perjuangan ini memerlukan kesungguhan, ilmu, dan pertolongan Allah SWT. Di dalam al-Quran ditegaskan, bahwa orang-orang yang berhasil mensucikan jiwanya, adalah orang-orang yang beruntung, yang meraih kemenangan (qad- aflaha man zakkaha).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/puasa:-kunci-kebangkitan-bangsa-kita