INGATLAH, PESANTREN ADALAH LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PERJUANGAN

INGATLAH, PESANTREN ADALAH LEMBAGA PENDIDIKAN  DAN PERJUANGAN

 

Artikel Terbaru ke-2.241

Oleh: Fatih Madini (Guru Pesantren)

 

Dalam buku Pesan Perjuangan Seorang Bapak: Percakapan Antar Generasi, Mohammad Natsir menceritakan bagaimana para ulama yang tersebar ke berbagai penjuru Nusantara mendirikan ragam pesantren sebagai Lembaga jihad atau lembaga perjuangan mereka. M. Natsir menyebut ini sebagai strategi uzlah, atau dalam bahasa Madji Irsan al-Kilani disebut sebagai al-insyihab wa al-‘audah.

Lebih jauh M. Natsir mengatakan: “Bagaimana pun kita melakukan upaya untuk menghadapi politik etis yang terselubung itu. Reaksi pertama ialah datang dari para ulama kita. Ulama kita melakukan ‘uzlah’, melakukan hijrah mental, menyendiri begitu. Dengan baik-baik, dengan tidak melawan secara fisik, karena senjata sudah tidak ada lagi. Ia meninggalkan kota-kota besar supaya jangan pemuda-pemuda ini terpengaruh oleh upaya-upaya penjajah. Jadi kita bawa generasi muda kita ke pinggir-pinggir kota, ke desa-desa, ke gunung atau ke pantai, sehingga tidak terpengaruh oleh kehidupan di kota besar. Nah, di tempat-tempat terasing itulah para ulama membuka pesantren-pesantren. Dari apa yang sudah saya kemukakan tadi, jelas terlihat bahwa pesantren adalah lembaga yang dikembangkan dalam rangka perjuangan bangsa Indonesia. Dengan demikian, pesantren bukan saja merupakan lembaga pendidikan, tetapi mempunyai peran yang penting dalam perjuangan nasional. Waktu itu, misalnya, dalam rangka menanamkan jiwa anti penjajah, para santri tidak boleh memakai dasi, haram hukumnya, karena menyerupai penjajah, orang-orang Barat. Pantalon juga haram, musti pakai sarung. Kita memang melakukan ‘uzlah’ baik secara fisik ataupun secara spiritual. Pesantren-pesantren ini mempunyai alam pemikiran sendiri, alam perasaan sendiri, yang berbeda dengan apa yang di kota-kota yang dipengaruhi oleh politik asosiasi dari Belanda. Mungkin kalau kita memandang larangan pakaian itu dari segi fikh dan dalam konteks sekarang, kita akan tersenyum. Tapi sebagai metode perjuangan, dan dalam konteks penjajahan waktu itu, cara yang dipakai para ulama kita dengan uzlah-nya ini merupakan pemikiran yang amat cerdik, kalau tidak kita katakan ‘briliant’.”

Jadi, jelaslah bagaimana pesantren mampu menjadi basis perjuangan sekaligus model pendidikan ideal, lebih-lebih di zaman sekarang. Sekali lagi, titik tekannya bukan pada pesantrennya, melainkan pada model pendidikan pesantren, khususnya sistem asramanya.

Maka sebetulnya, model pendidikan seperti itu sangat mungkin untuk diterapkan di setiap institusi pendidikan Islam, khususnya perguruan tingginya dan seharusnya mudah untuk diterapkan oleh seluruh orang tua di rumahnya masing-masing. Apalagi dengan mempertimbangkan kemajuan internet dan teknologi yang semakin memudahkan setiap orang memperoleh ilmu. Dan ini sekaligus menjadi “PR” tersendiri bagi setiap orang tua untuk menjadi guru yang bisa mendidik dan mengajar bagi anak-anak mereka.

Tapi tentu untuk merealisasikan pendidikan ideal ini, tidak bisa melupakan satu unsur yang paling penting, yakni guru dan jiwa mendidiknya. Semegah apapun bangunannya, serapi apa pun kurikulumnya, tanpa guru juga jiwa mendidiknya, pendidikan tidak akan bernilai sama sekali dan tidak akan ada yang patut dibanggakan darinya.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/ingatlah,-pesantren-adalah-lembaga-pendidikan--dan-perjuangan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait