MAHASISWA MUSLIM SEJATI, PASTI CINTA ILMU DAN CINTA DAKWAH

MAHASISWA MUSLIM SEJATI,  PASTI CINTA ILMU DAN CINTA DAKWAH

 

Artikel Terbaru ke-2.243

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Ada hal yang aneh dalam dunia pendidikan tinggi kita. Masih ada mahasiswa yang kuliah HANYA untuk cari ijazah dan untuk bisa kerja. Harusnya, tujuan utama kuliah adalah agar bisa menjadi muslim yang baik, yang paham benar kewajibannya sebagai muslim. Salah satu kewajibannya adalah berdakwah.

            Berdakwah itu kewajiban bagi setiap muslim. Siapa pun dia. Bahkan, harusnya dakwah menjadi kecintaannya. Karena mendakwahkan ilmu merupakan salah satu jihad fi-sabilillah dan aktivitas yang sangat mulia (QS Fushilat: 33).

Mohammad Natsir menulis dalam buku Fiqhud Da’wah: “Ada atau tidaknya dakwah menentukan tegak atau robohnya jamaah itu sendiri. Tak bisa Islam berdiri tanpa jamaah, tak bisa jamaah dibangun tanpa dakwah. Maka jadilah dakwah suatu kewajiban penuh atas ummat Islam sendiri, yang tidak mungkin, dan tidak boleh diupahkan kepada orang lain, dan tidak bisa ditompang-tompangkan kepada dakwah orang lain. Ia harus dirasakan fardhu ain, satu kewajiban yang tidak seorang Muslim atau Muslimah pun yang dapat berlepas dari padanya.”

Jadi, Mohammad Natsir menekankan, berdakwah adalah fardhu ain. Artinya, itu kewajiban setiap muslim. Jadi, pada kata “muslim” itu sendiri sudah terkandung makna dakwah. Muslim tidak akan eksis tanpa dakwah. Umat Islam adalah ummatur-risalah, ummatud da’wah. Tanpa dakwah, muslim tak ada artinya.

            Karena itulah, al-Quran menggambarkan sosok Luqman al-Hakim sebagai seorang model pendidik yang mengarahkan agar anaknya menjadi pejuang penegak kebenaran dan pencegah kemunkaran: “Wahai anakku dirikanlah shalat dan tegakkan amar ma’ruf nahi munkar…” (Lihat: QS Luqman: 17).

            Setiap muslim wajib mencari ilmu. Setelah mendapat ilmu, ia wajib mengamalkannya. Setelah itu, ia pun wajib mendakwahkan ilmunya. Itulah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah, sebagai aktivitas jihad fi-sabilillah dalam bentuk pengendalian hawa nafsu. Yakni, jihad mencari ilmu, jihad mengamalkan ilmu, dan jihad mendakwahkan ilmu, serta jihad bersabar atas akibat dari mendakwahkan ilmunya.

            Karena itulah, sejak awal mula dakwah Islam di Mekkah, Rasulullah saw sudah menjadikan aktivitas thalabul ilmi dan dakwah sebagai satu kesatuan. Mencari ilmu memang untuk diamalkan dan untuk didakwahkan. Jadi, mencari ilmu bukan ditujukan untuk kepentingan duniawi semata.

            Para ulama kita pun mencari ilmu selalu disatukan dengan tujuan aktivitas dakwah. Jiwa perjuangan ini melekat dalam lembaga pendidikan. Maka, lahirlah para ulama pejuang seperti

Buya Hamka, KH Imam Zarkasyi, dan sebagainya.

            Saat ini, tantangan dan peluang dakwah sangat terbuka. Memang, pada satu sisi, perkembangan yang sangat cepat dalam teknologi komunikasi telah membawa dampak serius pada penyebaran paham-paham yang merusak iman dan akhlak. Tetapi, pada saat yang sama, teknologi komunikasi juga membuka peluang dakwah yang semakin besar untuk menyebarkan paham-paham yang menguatkan aqidah dan akhlak mulia.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mahasiswa-muslim-sejati,--pasti-cinta-ilmu-dan-cinta-dakwah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait