Artikel ke 1.760
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 28 Desember 2023, saya mendapat kehormatan untuk berbicara dalam acara diskusi akhir tahun di Kampus IPB University, Dramaga, Bogor. Acara digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, bekerjasama dengan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan Majelis Pakar Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Acara dibuka oleh Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria. Tiga pembicara yang hadir: Prof. Dr. Didin Damanhuri, Prof. Dr. Yusman Syaukat, dan Dr. Adian Husaini. Dua guru besar IPB itu memberikan paparan yang kritis dan menarik tentang konsep serta jalannya pembangunan Indonesia selama ini.
Prof. Didin Damanhuri sudah saya kenal gagasannya sejak saya aktif sebagai wartawan Harian Republika. Sejak dulu, Prof. Didin Damanhuri memberikan kritik-kritik yang kontruktif terhadap praktik pembangunan ekonomi neo-liberal. Sementara Prof. Yusman Syaukat dikenal sebagai pakar ketahanan pangan. Ia mengajukan konsep ketahanan pangan dengan merujuk pada kebijakan pangan Nabi Yusuf a.s.
Sebagai pembicara terakhir, saya berkesempatan mengenalkan gagasan-gagasan Indonesia maju sebagaimana yang tertuang dalam buku saya “Indonesia Maju 2045: Konsep dan Peta Jalannya.” Saya menekankan pada proses pembangunan Sumber Daya Insan Indonesia yang unggul dengan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
IPB University memiliki peluang besar untuk menjadi perguruan tinggi yang benar-benar menjalan fungsi universitas yang sebenarnya. Yakni, kampus yang melahirkan manusia seutuhnya (al-insan al-kulliy/universal man).
Dalam bidang pertanian, misalnya, IPB diharapkan melahirkan petani-petani yang tangguh, pekerja keras, dan zuhud. Betapa pun hebatnya konsep pembangunan pertanian di Indonesia, tidak akan sukses jika para petaninya tidak memiliki kualifikasi akhlak yang unggul. Hingga kini, tidaklah mudah sektor pertanian harus bersaing dengan sektor industri lainnya.
Karena itulah, nama IPB sebagai “Institut Pertanian Bogor” telah dipopulerkan namanya yang baru menjadi “Universitas IPB”. Alumni IPB sering disindir dengan ungkapan: “Lulusan IPB bisa apa saja, kecuali pertanian.”
IPB memiliki peluang besar menjadi model kampus ideal yang hakiki – yang melahirkan manusia seutuhnya. Yakni, manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Selain iklim religius yang kuat di kampus ini, rektornya pun saat ini menjadi Ketua Umum ICMI.
Maka, dalam diskusi itu, saya menawarkan gagasan, agar IPB membentuk Pusat Studi Agama, Sains, dan Peradaban yang berlevel internasional. Banyak kampus di Amerika Serikat dan Eropa memiliki pusat-pusat studi Islam di tingkat pasca sarjana. Di Malaysia, misalnya, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) memiliki CASIS (Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization). Bahkan, Univesitas Indonesia sudah memiliki PSTTI (Pusat Studi Timur Tengah dan Islam) di tingkat magister (S2).
Lanjut baca,
MENGENALKAN GAGASAN “INDONESIA MAJU” DI KAMPUS IPB (adianhusaini.id)