SARAN UNTUK LAI DALAM PENGGUNAAN KATA ALLAH DAN ILAH

SARAN UNTUK LAI DALAM PENGGUNAAN KATA ALLAH DAN ILAH

Artikel ke-1.833

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Penggunaan kata “Allah” dalam agama Kristen masih terus menjadi perdebatan di kalangan Kristen sendiri.  Ada yang menolak dan ada yang mendukung.  Hanya saja, sekedar saran, sebaiknya pihak Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) mempertimbangkan kembali penggunaan istilah ‘Allah’, allah, ilah, Tuhan, dan tuhan dalam Bibel versi LAI.

Perhatikan dua naskah teks Bibel (LAI, tahun 2007) berikut ini (perhatikan penggunaan huruf kecil dan kapital):  “Sebab TUHAN, Allahmulah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu atau pun menerima suap.” (Ulangan 10:17).  

            “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1 Korintus 8:4-6).

            Coba bandingkan dua teks Bibel versi LAI tersebut dengan Bibel versi “KITAB SUCI: Indonesian Literal Translation”. Ulangan 10:17 ditulis sebagai berikut: “Sebab YAHWEH, Elohimmu, Dialah Elohim atas segala ilah dan Tuhan atas segala tuan. Elohim yang besar, yang perkasa dan yang ditakuti, yang tidak memandang muka, juga tidak menerima suap.”       

            Sedangkan dalam 1 Korintus 8: 4-6 ditulis: “Kemudian, berkaitan dengan makanan binatang-binatang yang dikurbankan kepada berhala, kita telah mengetahui bahwa berhala bukanlah apa-apa di dunia, dan bahwa tidak ada Elohim yang lain kecuali Yang Esa. Sebab, jika mungkin ada yang dikatakan ilah-ilah, baik di langit maupun di bumi, sebagaimana memang ada banyak ilah dan banyak tuhan, tetapi bagi kita, ada satu Elohim, yaitu Bapa, daripada-Nyalah segala sesuatu, dan kita ada bagi Dia; dan satu Tuhan, yaitu YESUS Kristus, melalui-Nyalah segala sesuatu, dan kita ada melalui Dia.” 

            Perhatikan,  1 Korintus 8:4-6, LAI menggunakan ungkapan: “dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja,” Sedangkan KITAB SUCI: Indonesian Literal Translation menggunakan ungkapan: “sebagaimana memang ada banyak ilah dan banyak tuhan, tetapi bagi kita, ada satu Elohim…”.

            Tokoh Kristen Ortodoks Syria, Bambang Noorsena, dalam bukunya “The History of Allah” (Yogyakarta: PBMR Andi, 2005), menolak pelarangan penggunaan kata Allah bagi kaum Kristen.  Akan tetapi, Bambang juga mengkritik penggunaan kata “Allah” yang keliru di beberapa bagian dalam terjemahan Bibel versi LAI.

Lanjut baca,

SARAN UNTUK LAI DALAM PENGGUNAAN KATA ALLAH DAN ILAH (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait