Adianhusaini id, Kuala Lumpur - Dalam sebuah perbincangan santai usai salat Subuh di Bangi, Kuala Lumpur, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII), Dr. Adian Husaini, melontarkan dua gagasan signifikan untuk kemajuan umat di Indonesia dan Malaysia. Gagasan tersebut mencakup reformasi sistem pendidikan dengan mengintegrasikan masjid ke dalam kurikulum, serta mengubah terminologi bagi warga senior dari "Lansia" menjadi "Mamasia" atau Manusia Matang Usia.
Disampaikan saat bersama Ustad Sofwan Badri, seorang tokoh senior alumni Gontor yang telah menetap di Malaysia selama 40 tahun33, Dr. Adian memulai gagasannya dari pengamatan di Masjid Al-Hasanah, Bangi. Ia melihat banyaknya orang tua yang rajin melaksanakan salat Subuh berjamaah, sebuah fenomena yang menurutnya juga terjadi di Indonesia.
"Kita bersyukur ya, di masjid kita ini banyak sekali orang tua yang hadir," ujarnya, "daripada ke diskotik kan mending ke masjid.".
Berangkat dari pengamatannya, Dr. Adian mengusulkan agar masjid diintegrasikan secara formal dengan sistem pendidikan nasional. Menurutnya, untuk meramaikan masjid dengan generasi muda dan membentuk akhlak mereka, masjid harus berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan.
"Saya mengusulkan simpel saja. Supaya masjid kita ini ramai anak-anak, ya, masjid itu diintegrasikan dengan sekolah," jelasnya. "Masjid itu diurus oleh menteri pendidikan, masuk kurikulum pendidikan salat jamaah di masjid. Kan keren, nih."
Ia meyakini bahwa anak-anak yang terbiasa salat Subuh berjamaah di masjid akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. "Insya Allah akhlaknya baik. Anak yang salat Subuh rajin, Insya Allah jujur, Insya Allah semangat, Insya Allah suka nolong orang lain," tambahnya. Gagasan ini didasarkan pada prinsip bahwa salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar (tanha 'anil fahsya' wal munkar).
Gagasan kedua yang dilontarkan Dr. Adian, yang kini berusia 60 tahun, adalah mengenai penyebutan bagi warga senior. Ia menyatakan ketidaksetujuannya dengan istilah "usia tidak produktif" yang kerap dilekatkan pada individu berusia di atas 64 tahun.
"Itu salah besar," tegasnya.
Sebagai gantinya, ia mengusulkan istilah "Manusia Matang Usia," yang disingkat menjadi "Mamasia". Menurutnya, banyak tokoh pemimpin dan ulama yang tetap sangat produktif meskipun telah berusia 70, 80, bahkan 90 tahun. Ia mencontohkan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang masih produktif di usia mendekati 100 tahun.
"Pemimpin kita itu umurnya udah 70 tahun semua dan sangat produktif," katanya. "Di Malaysia ini Pak Mahathir Muhammad sudah 100 tahun, 100 tahun masih produktif.".
Dengan terminologi baru ini, ia berharap masyarakat dapat lebih menghargai kontribusi para senior dan menghilangkan stigma bahwa usia tua identik dengan ketidakproduktifan. Perbincangan penuh gagasan di pagi yang berkah tersebut ditutup dengan salam dan harapan kebaikan untuk semua.