adianhusaini.id, Jakarta--Di tengah derasnya arus informasi dan sentimen mengenai Palestina di media sosial, sebuah diskusi mendalam mengajak Generasi Z (Gen Z) untuk melangkah lebih jauh: dari sekadar bersimpati menjadi memahami akar persoalan melalui budaya literasi yang kuat. Dalam sebuah episode di kanal YouTube-nya, Dr. Adian Husaini, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII), mengundang Fatih Madini, seorang penulis muda dari kalangan Gen Z, untuk membedah referensi-referensi kunci yang dapat membongkar narasi propaganda dan membangun pemahaman utuh mengenai konflik Israel-Palestina.
Diskusi ini menekankan bahwa untuk membela Palestina secara efektif, pemahaman yang dangkal tidaklah cukup. Diperlukan pengetahuan sejarah yang mendalam untuk dapat berdialog dan melawan narasi-narasi keliru yang terus disebarkan.
Membedah Zionisme dari Kacamata Intelektual Yahudi Kritis
Dr. Adian Husaini membuka diskusi dengan menyoroti sebuah buku lawas namun relevan, Jewish History, Jewish Religion (1994), karya ilmuwan Yahudi, Dr. Israel Shahak1. Buku ini, yang ditulis hampir 40 tahun lalu, telah secara gamblang mengungkap sisi rasisme dan apartheid negara zionis Israel, sebuah fakta yang kini semakin diakui oleh dunia internasional2.
Fatih Madini melanjutkan dengan memperkenalkan sosok sentral dalam studi kritis terhadap Israel saat ini: Profesor Ilan Pappé, seorang sejarawan Yahudi-Israel yang gigih membela bangsa Palestina3. Menurut Fatih, karya-karya Pappé menjadi rujukan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami konflik ini dari akarnya.
"Kita sebagai Gen Z setidaknya harus tahu akar masalahnya agar tidak setengah-setengah. Sehingga kita bisa berkecimpung dalam dialog dan tidak termakan oleh pernyataan-pernyataan absurd dari pemerintah Israel," ujar Fatih4444.
Deretan Buku Ilan Pappé sebagai Pintu Masuk Pemahaman
Fatih merekomendasikan beberapa karya fundamental dari Ilan Pappé yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terutama pasca-peristiwa 7 Oktober 2023 yang memicu lonjakan minat publik5555.
Berikut adalah beberapa buku utama yang dibahas:
- A Very Short History of the Israel-Palestine Conflict (2024): Buku terbaru Pappé ini menjelaskan bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober bukanlah aksi terorisme, melainkan harus dipandang sebagai gerakan perlawanan anti-kolonial. Pappé menegaskan bahwa Zionisme sejak awal merupakan gerakan kolonialisme pemukim dengan logika pemusnahan terhadap penduduk asli6.
- Ten Myths About Israel (2011): Karya populer ini secara sistematis membantah sepuluh mitos utama yang menjadi pilar propaganda zionisme. Beberapa mitos yang dibongkar antara lain:
- Palestina adalah "tanah kosong" sebelum kedatangan zionis7.
- Zionisme adalah Yudaisme (paham keagamaan Yahudi)8.
- Warga Palestina secara sukarela meninggalkan tanah air mereka pada tahun 194899.
- Israel adalah satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah1010.
- The Ethnic Cleansing of Palestine (2006): Buku ini mengungkap bahwa proyek pembersihan etnis terhadap bangsa Palestina sudah dimulai bahkan sebelum negara Israel berdiri pada 1948, yang kemudian memuncak pada peristiwa Nakba11.
- On Palestine (2015) dan Gaza in Crisis (2010): Kedua buku ini merupakan dialog antara Ilan Pappé dan intelektual besar Amerika, Noam Chomsky. Di dalamnya, Pappé berargumen bahwa sekalipun klaim teologis atas tanah Palestina itu benar, penjajahan tetap tidak dapat dibenarkan secara nalar manusia normal12.
Fatih menambahkan bahwa karya-karya Pappé lainnya, seperti Palestine: The Biggest Prison on Earth dan The Idea of Israel, juga sangat penting untuk memahami bagaimana Israel secara sistematis mengubah Palestina menjadi penjara raksasa dan menulis ulang sejarah untuk melegitimasi pendudukannya13131313.
Suara Kritis Lainnya dan Kebangkitan Literasi di Indonesia
Selain Ilan Pappé, Fatih juga merekomendasikan karya filsuf Prancis, Roger Garaudy, khususnya buku Israel dan Praktek Praktek Zionisme serta Mitos dan Politik14. Garaudy fokus meruntuhkan dua mitos terbesar yang digunakan Israel: mitos teologis (tanah yang dijanjikan) dan mitos historis (bangsa Yahudi adalah penduduk pertama Palestina)15. Garaudy banyak mengutip pernyataan dari tokoh-tokoh Yahudi sendiri, termasuk Albert Einstein, yang menolak penggunaan dalil-dalil tersebut untuk menjajah Palestina16.
Sebuah fenomena menarik yang diamati Fatih adalah bagaimana penerbit-penerbit di Indonesia secara masif menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku kritis ini pasca-7 Oktober 2023. "Siklusnya setelah 7 Oktober itu penerbit-penerbit Indonesia mulai melek dengan karya Ilan Pappé," ungkapnya, seraya mencatat bahwa buku-buku ini kini mudah ditemukan di toko buku besar seperti Gramedia17171717.
Masa Depan Opini Global dan Peran Generasi Sadar Literasi
Menanggapi pertanyaan Dr. Adian Husaini tentang prediksi masa depan, Fatih mengakui sulitnya meramal geopolitik. Namun, ia optimis terhadap satu hal: pergeseran opini global yang konsisten dan sulit dibalikkan18.
"Setidaknya, stigma kita terhadap mereka (zionis Israel) tetap negatif dan konsisten negatif. Di era keterbukaan ini, anak-anak muda bisa melihat betapa tidak demokratisnya negara Israel," jelasnya191919. Ia mencontohkan bagaimana di negara seperti Korea Selatan yang pemerintahnya belum mengakui Palestina, masyarakatnya sudah menunjukkan penolakan terbuka terhadap figur seperti Netanyahu20.
Dr. Adian Husaini menutup diskusi dengan apresiasi, menyatakan bahwa Fatih adalah contoh bahwa Gen Z memiliki kemampuan untuk mendalami suatu masalah secara serius, asalkan didukung oleh pendidikan dan budaya literasi yang baik. Upaya membangun pemahaman yang mendalam mengenai isu Palestina, menurutnya, adalah bagian dari perjuangan yang lebih besar untuk menyambut kebangkitan umat dan bangsa.