PEMERINTAH JANGAN BUAT KEBIJAKAN YANG BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH JANGAN BUAT KEBIJAKAN  YANG BERTENTANGAN DENGAN  KETENTUAN TUHAN YANG MAHA ESA

 

Artikel Terbaru ke-2.238

Oleh: Dr. Adian Husaini

 

Dalam bukunya, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, (2002), Dr. Yudi Latif menjelaskan makna sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” menurut Mohammad Hatta:  “Yang harus disempurnakan dalam Pancasila, ialah kedudukan manusia sebagai hamba Allah, yang satu sama lain harus merasa bersaudara. Oleh karena itu pula sila Kemanusiaan yang adil dan beradab langsung terletak di bawah sila pertama.

Kesepakatan para tokoh bangsa yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila memiliki makna yang dalam. Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta (Bung Hatta) menegaskan, bahwa:  “Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa jadi dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi rakyat dan masyarakat… Akibat daripada perubahan urutan sila yang lima itu, sekali pun ideologi negara tidak berubah karena itu, ialah bahwa politik negara mendapat dasar moral yang kuat. Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya dasar hormat-menghormati agama masing-masing – seperti yang dikemukakan oleh Bung Karno bermula – melainkan jadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan. Negara dengan itu memperkokoh fondamennya. (Lihat, Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989).

Jadi, penempatan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila memilki makna yang mendalam. Dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo tahun 1983 juga ditegaskan, bahwa sila pertama menjiwai sila-sila lainnya.

Penempatan sila pertama itu bukan sekedar pajangan. Itu adalah satu komitmen bangsa Indonesia untuk senantiasa mentaati ketentuan Tuhan Yang Maha Esa dalam semua aspek kehidupan mereka. Khususnya bagi muslim, sila pertama ini memiliki makna yang sangat kuat, karena jelas-jelas disebutkan dalam alinea ketiga pembukaan UUD 1945, bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan itu, sejatinya, bangsa Indonesia menempatkan loyalitas tertingginya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Jika loyalitas diberikan kepada Tuhan, maka loyalitas itu menemukan landasan yang kuat. Sebab, Allah Yang Maha Kuasa tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.

Pemikiran ini sangat mendasar dan penting karena tidak menafikan pentingnya sebuah negara yang baik, atau negara yang diatur dengan ajaran-ajaran Islam. Tetapi, pembentukan pribadi yang baik—sebagai hasil dari pendidikan— adalah lebih penting lagi.

Sebab, di akhirat nanti, yang akan dipertanggungjawabkan adalah keshalehan personal. Seorang Muslim harus tetap bertaqwa, meskipun ia hidup di negara sekuler. Muslim harus tidak sekuler, meskipun negaranya menganut sistem sekuler. Sebaliknya, seorang bisa menjadi sekuler, meskipun negaranya menerapkan sistem Islam.

lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/pemerintah-jangan-buat-kebijakan--yang-bertentangan-dengan--ketentuan-tuhan-yang-maha-esa

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait