JIKA KONDISI SUDAH TERLALU PARAH,  INILAH YANG PERLU DILAKUKAN

JIKA KONDISI SUDAH TERLALU PARAH,   INILAH YANG PERLU DILAKUKAN

 

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            “Abu Umayyah al-Sya`bani menceritakan,  “Aku menemui Abu Tsa`labah al-Khusyani dan bertanya, ‘Bagaimana engkau memahami ayat ini?’. Abu Tsa`labah balik bertanya, ‘Ayat yang mana?’ Aku menjawab, ‘Firman Allah SWT, [Hai orang-orang yang beriman, uruslah dirimu sendiri; tiadalah orang yang sesat itu akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk]. (Al-Ma’idah: 105)’. 

Abu Tsa`labah menjawab, ‘Demi Allah, aku telah menanyakannya kepada orang yang paling mengerti, yaitu Rasulullah saw. Beliau menjawab, ‘Hendaklah kalian tetap saling memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (al-amr bi al-ma`ruf wa al-nahy `an al-munkar) hingga apabila engkau melihat syuhh (egoisme) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang diutamakan, dan tiap orang pandai bangga dengan pendapatnya sendiri, (dalam riwayat Baihaqi dan Ibn Majah ada tambahan: “dan engkau mendapati persoalan terlalu sulit diatasi (wa ra’aita amran la yadani laka)”, maka saat itu hendaklah engkau fokuskan dengan diri sendiri dan tinggalkan (kecenderungan) kebanyakan orang. Sesungguhnya di hadapan kalian ada masa-masa dimana bertahan dengan kesabaran ibarat sedang menggenggam bara api. Orang yang berbuat pada masa-masa itu mendapat pahala yang setara dengan pahala lima puluh orang di antara kalian’.” (Abu Isa al-Tirmidzi: “Hadits ini hasan gharib” ).

            Dalam buku  Model Kebangkitan Umat Islam (Judul asli: Hakadza Zhahara Jīlu Shalahuddin wa Hakadza ’Ādat al-Quds), Dr. Majid Irsan al-Kilani, menjelaskan tentang makna hadits ini. Bahwa,  jika kondisi masyarakat sudah terlalu parah dan sulit diperbaiki, maka seseorang perlu melakukan strategi dakwah bernama ”al-insihab wal ’audah” (proses menarik diri untuk kembali). 

Strategi itu bukan berarti dia lari dari perjuangan atau lari dari persoalan masyarakat. Tetapi, dengan strategi itu para pejuang justru ingin melakukan perubahan mendasar terhadap masyarakatnya. Melalui gerakan ini, dia melepaskan diri dari kecenderungan publik dan  melakukan pembenahan internal secara mendasar, untuk bersiap-siap melakukan gerakan lain yang strategis di masa depan. 

Dalam proses ini, dia harus melakukan evaluasi serius  dan pembenahan terhadap pemikiran, kondisi jiwa dan perilaku masyarakat. Sebab, perjuangan membutuhkan pemikiran yang benar (sahih), amal ibadah yang sungguh-sungguh, dan keikhlasan yang tinggi. Perjuangan tidak akan membawa hasil jika masih dirasuki sifat hubbud-dunya, riya’, dengki, dan berbagai penyakit hati lainnya.  

            Inilah yang dulu dilakukan oleh Imam al-Ghazali dan para ulama lain sezamannya, seperti Ibrahim bin al-Muthahhir asy-Syabak al-Jurjani, Abul Qasim Ismail bin Abdul Malik al-Hakimi, dan sebagainya. Usaha mereka terfokus pada usaha untuk (1) melahirkan generasi baru ulama dan elite pemimpin yang mau berbuat dengan pemikiran yang bersatu dan tidak terpecah belah (tidak bersikap fanatisme golongan) dan (2) mengatasi penyakit-penyakit yang menggerogoti umat dari dalam. 

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jika-kondisi-sudah-terlalu-parah,--inilah-yang-perlu-dilakukan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait