KETIKA KHALIFAH LEBIH PEDULI BURUNGNYA SENDIRI

KETIKA KHALIFAH LEBIH PEDULI BURUNGNYA SENDIRI

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

     Dalam kitabnya, Bidayah wal-Nihayah, Imam Ibn Katsir menggambarkan parahnya kondisi umat Islam menjelang terjadinya Perang Salib (1095 M). Umat Islam ketika itu dicekam penyakit ashabiyah (fanatisme mazhab) yang parah, kerusakan pemikiran, dan gaya hidup mewah pada kalangan elite penguasa.
     Gubernur Abu Nashr Ahmad bin Marwan, misalnya, mengucurkan anggaran 200.000 dinar dalam setiap acara hiburan yang digelarnya. Itu berarti setara dengan 850 ribu gram emas. Hari ini, 1 gram emas, berharga Rp 931 ribu. Jadi, biaya pesta acara hiburan dalam semalam adalah sekitar Rp 790 milyar. Tentu saja, biaya itu amat sangat mewah untuk ukuran zaman ini!
     Masih ada cerita lagi seputar kemewahan para penguasa di zaman khalifah Abbasiyah, menjelang serbuan pasukan Salib dari Eropa. Tahun 516 Hijriah, Menteri Sultan al-Mahmud terbunuh. Peristiwa itu bertepatan dengan saat istrinya keluar dari rumah dengan diiringi 100 pelayan dan kendaraan-kendaraan terbuat dari emas. Padahal, pada saat yang sama, banyak rakyat yang menderita kelaparan.
     Ketika pasukan Salib membantai puluhan ribu kaum Muslim di Jerusalem, sebagian ulama berusaha menggelorakan semangat jihad kaum Muslim, tetapi gagal. Ada cerita yang menyebutkan, sebagian pengungsi membawa tumpukan tulang manusia, rambut wanita, dan anak-anak, korban kekejaman pasukan Salib, kepada khalifah dan para sultan. Tetapi, ironisnya, Khalifah justru berkata: "Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih penting. Merpatiku, si Balqa', sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya."
Itulah sebagian kisah tentang kondisi parahnya penyakit cinta dunia menjelang penyerbuan dan pembantaian pasukan Salib, sebagaimana dikisahkan Dr. Majid Irsan al-Kilani dalam bukunya, Haakadzaa Dhahara Jiilu Shalahuddin. Ketika itu umat Islam di puncak keunggulan peradaban. Mereka jauh lebih unggul dalam bidang sains dan teknologi di banding bangsa Kristen Eropa.
     Tragedi pembantaian puluhan ribu umat Islam di Masjid al-Aqsha terjadi pada tahun 1099. Mereka disembelih di dalam masjid. Darah mereka tertumpah, menggenangi lantai masjid hingga setinggi mata kaki. Pasukan Salib mengakui mereka melakukan kekejaman yang luar biasa di zaman itu. Ketika menyerukan Perang Salib, Paus Urbanus II memang menyebut kaum muslimin sebagai monster tak bertuhan (godless monster). (Lihat buku: Adian Husaini, Tinjauan Historis Konflik Yahudi-Kristen-Islam, Jakarta: GIP, 2007).

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/ketika-khalifah-lebih-peduli-burungnya-sendiri

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar